Kedudukan Hati Manusia

MANUSIA merupakan makhluk yang mulia di muka bumi ini. Allah telah mengaruniakan akal, nafsu, dan hati nurani pada diri manusia, dan derajat mereka ditinggikan melebihi makhluk ciptaan Allah lainnya.
Berbeda dengan Malaikat yang selalu patuh, manusia diberikan kebebasan untuk memilih jalannya sendiri. Antara yang benar dan buruk, keduanya dapat dibedakan bila seseorang memiliki hati nurani yang murni.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).”(HR. Bukhari. 52 dan Muslim, 1599).
Hati adalah tempatnya iman, kejujuran, keyakinan dan pengagungan kepada Sang Pencipta semesta alam. Hati adalah tempatnya rasa takut, tawakal, kecintaan kepada Allah, ketundukan dan penyerahan diri kepada Allah semata.
Allah berfirman;
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ}.
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” [Al-Hujuraat: 7]
Firmannya;
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ.
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman.” Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Hujuraat: 14]
Hati memiliki kedudukan yang agung, ia merupakan salah satu rahasia Allah diatas bumi ini, sebagaimana ungkapan penyair ;
للقلب سرٌ ليس يعرف قدره *** إلا الذي أتاه للإنسان
Hati memiliki rahasia yang tidak bisa dipahami keagungannya***
Kecuali (Allah) Dzat yang menganugerahkannya kepada manusia…
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata ;
“Adapun makna ketakwaan hati terhadap Allah adalah penghambaan hati yang hanya tertuju kepadaNya dengan setinggi-tingginya penghambaan kepadaNya, dan penghambaan hati ini adalah dengan memberikan setinggi-tingginya kecintaan ,sikap tunduk dan keikhlasan, inilah agama Ibrahim al khalil ‘alaihissalaam, dan ini semua merupakan penjelasan bahwa ibadah hati adalah inti dari semua ibadah.
(Majmu’ al fatawa 18/485)
Berkata Imam Ibnul Qayyim رحمه الله:
للقلب ستة مواطن يجول فيها لا سابع لها: ثلاثة سافلة، وثلاثة عالية؛ فالسافلة دنيا تتزين له، ونفس تحدثه، وعدوٌ يوسوس له؛ فهذه مواطن الأرواح السافلة التي لا تزال تجول فيها. والثلاثة العالية علم يتبين له، وعقل يرشده، وإله يعبده، والقلوب جوالة في هذه المواطن.
Hati itu memiliki enam kedudukan yang memenuhi didalamnya dan tidak ada yang ketujuhnya:
Tiga berkedudukan rendah, dan tiga berkedudukan tinggi;
Adapun yang berkedudukan rendah itu menjadikan dunia perhiasan untuknya, jiwa yang mengotorinya, dan musuh yang membikin keragu-raguan padanya.
Inilah kedudukan-kedudukan ruh-ruh yang rendah yang tidak akan mampu untuk mengangkatnya.
Adapun tiga kedudukan yang tinggi itu ialah ilmu yang menjadikan jelas baginya, akal yang dapat membimbingnya, dan Tuhan (sesembahan)nya yang dia menyembahnya. Dan hati-hati itu selalu berkisar pada kedudukan-kedudukan ini.